Penulis : Ramadhan Nurpambudi, RZ. Abdul Aziz
Badan Meteorologi Dunia (WMO) menyatakan bahwa bencana yang berasal dari cuaca dan juga iklim selama 50 tahun terakhir menelan korban rata-rata 150 jiwa setiap tahunnya dengan kerugian materil mencapai US$ 202 juta setiap harinya. Jumlah bencana ini meningkat hampir 3 kali lipat selama periode 50 tahun terakhir. Dampak perubahan iklim yang paling dirasakan adalah terjadinya peningkatan frekuensi kejadian bencana hidrometeorologi beserta kerusakannya. Hal ini tidak hanya berdampak pada kerusakan lingkungan saja namun berimbas terhadap penyebaran penyakit, kualitas lingkungan, dan juga tingkat kesejahteraan sosial di tengah masyarakat. Artificial Neural Network digunakan untuk menganalisis pola kejadian banjir di wilayah Kota Bandar Lampung dengan software matlab untuk mendapatkan formula yang paling baik untuk dapat memprediksi kejadian banjir. Parameter yang digunakan untuk menganalisis kejadian banjir adalah suhu udara dan jumlah curah hujan. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan didapatkan bahwa proses konfigurasi variabel data yang dilakukan secara eksperimen dapat menghasilkan nilai korelasi atau R yang baik, baik itu saat proses pelatihan maupun pengujian. Nilai korelasi atau R saat pelatihan dan pengujian berada diangka 0.9 keatas. Konfigurasi 2 merupakan konfigurasi dengan hasil akurasi terbaik mencapai 100% saat proses pengujian variabel data. Konfigurasi 2 kemudian digunakan untuk proses prediksi banjir dengan menggunakan skema kondisi suhu udara dan curah hujan yang telah disiapkan. Prediksi kejadian banjir pada rata-rata suhu udara 24-26˚C menujukkan hasil yang sangat baik, untuk rata-rata suhu udara 27˚C juga baik namun pada saat jumlah curah hujan 150mm prosentasenya mengalami penurunan yang cukup signifikan. Pada kondisi rata-rata suhu udara 28-29˚C prosentase kejadian banjir paling besar hanya 50%.
Keywords : Banjir; Hujan; Prediksi; Artificial Neural Network; Peringatan Dini
https://jurnal.darmajaya.ac.id/index.php/PSND/article/view/3254
© Copyright:ase 2020 | BMKG - Provinsi Lampung